Hampir dua tahun saya tak pernah menjamah blog ini, sampai lupa passwordnya. Untunglah ada fitur recovery sehingga saya bisa membuat postingan tentang perjalanan satu tahun pernikahan. Selamat menikmati kisah perjalanan cinta kami. Hehehe..
Alhamdulillah hari ini tepat sudah satu tahun usia pernikahan kami. Ada banyak warna yang turut menghiasi kehidupan kami sehari-hari. Warna merah muda saat kami sedang berbunga-bunga, warna merah saat kami saling bersitegang, berubah menjadi warna kelabu saat air mata saya keluar tanpa diminta dan tak berapa lama kemudian menjadi warna pelangi yang selalu muncul dengan indahnya ketika hujan berlalu.
Jujur, saya pengen gitu diajak makan malam yang romantis , atau minimal kasih bunga ke istrinya. Tapi, apalah daya si dia bukan tipe orang yang romantis. Eh, tapi pernah sih, pulang kerja tiba-tiba pulang bawa tiket nonton film Dilan di Transmart, padahal si dia katanya males nonton Dilan. Terus, tiba-tiba dibelikan jilbab yang bikin pipi tembem saya berubah jadi tirus seketika. Dan kejutan kecil itu bikin saya hepi nggak ketulungan sampe terharu karena bisa juga si mas tersayang ngasih kejutan. Hehehe..
Saya sama sekali tak pernah membayangkan kalau jodoh saya ternyata sedekat ini dikenalkan melalui sahabat, dan tempat kerjanya sering banget saya lewati. Jadi di postingan kali ini saya ingin bercerita bagaimana awal kami bertemu dan bersatu dalam akad nikah. Niatnya sih biar ketika nanti ditanya anak/cucu “kapan pertama kali ketemu ayah/kakek?”, biar mereka bisa cus langsung liat ke blog ini. Hahahaha..
18 April 2016
Hari itu hari senin dan saya lagi puasa, saya main ke kontrakan Frisca sahabat saya sejak SMP buat dipertemukan dengan dia. Awalnya saya menolak dengan perjodohan ini karena saya sedang dalam rencana pertemuan dengan orang yang saya kenal lewat online dating. Iya, saya dulu suka ikutan online dating mulai dari setipe, asian dating, sampai ayonikah dan jadi member premium. Demi apa coba??? Demi biar cepet ketemu jodoh, karena target menikah di umur 25 tahun tak tercapai. Hahaha..
Tapi si Frisca ini maksa banget buat ketemuan, akhirnya saya mau ketemuan asal dia memenuhi kriteria saya. Dan Alhamdulillah, orang ini masuk 4 kriteria saya dulu, yakni Sholat 5 waktu, nggak ngerokok, pekerja keras, dan suka jalan-jalan. Saat frisca memberitahu akun facebooknya, saya langsung stalking, tapi sayang akunnya privat dan hanya ada foto cover facebook dan postur tubuhnya cukup tinggi.
Sebenarnya dulu banget setiap habis sholat selain 4 kriteria itu saya menambahkan kriteria harus anak ITS. Tapi ketika saya sudah mulai berdamai nggak harus anak ITS. Tiba-tiba muncul beberapa pria yang memenuhi syarat itu. Salah satunya si dia. Entah kenapa saat itu saya malas banget buat dandan. Biasanya saya selalu tampil maksimal untuk menutupi jerawat saya yang bandel saat meet up pertama kali. Ternyata ada hikmahnya, si dia lebih suka cewek yang tampil natural.
Habis magrib dia datang masih lengkap dengan seragam kerjanya. Sebenarnya dia teman kerja frisca tapi beda departemen. Kesan pertama kali, dia tinggi bangettt, dan pake kawat gigi. Entah kenapa saya nggak terlalu suka cowok pake kawat gigi dan dia terlalu tinggi, 2 hal ini yang bikin saya sempat ilfeel. Setelah frisca mengenalkan kami, dia meninggalkan kami berdua di ruang tamu sambil nonton TV. Kami ngobrol seadanya, dan tiba-tiba saya mencium bau khas minyak rambut tancho jadul bapak saya. Detik itu juga saya merasakan chemistry yang sangat kuat bilang kalau orang ini adalah jodoh saya. Berbeda sekali dengan para pria yang pernah saya temui. Ketika dia tersenyum, ya ampun manis banget bikin jantung saya berdetak nggak karuan dan senyumnya langsung otomatis terekam di ingatan saya sampai beberapa bulan kemudian. Hehehe..
Kami saling bertukar no pin BB sebenarnya dia mengajak saya makan diluar sebelum pulang tapi saya menolak dengan alasan ibu saya sudah masak dirumah. Dan berharap lain waktu dia mengajak saya keluar. Tapi ajakan itu tak kunjung datang sampai habis lebaran di tahun 2016. Hiks..
Keesokan paginya dia menyapa saya di BBM, seharian disela kesibukan kerja dia menyempatkan BBM dan saya pun membalas secukupnya. Selasa sore saya tetep ketemuan dengan pria yang saya kenal lewat online dating, karena sudah terlanjur janji. Ketika bertemu saya merasa tak nyaman sekali dengan orang ini, serta tak ada chemistry seperti ketika bertemu dia. Dan parahnya pria ini meninggalkan saya begitu saja saat akan berpisah tanpa mengucapkan terima kasih dan sebagainya. Pria paling parah yang pernah saya temui.
Habis magrib, dia (calon suami) BBM saya kembali, dari evaluasi obrolan sejak seharian saya merasa nggak nyambung, karena tak ada satupun kesamaan hal yang kita sukai. Dan saya pun tak terlalu berharap dengan dia. Rabu, dia tak menghubungi saya seharian. Saya pikir dia mundur karena merasa nggak nyambung juga dengan saya. Tiba-tiba hari kamis dia BBM saya lagi, bertanya tentang hari kartini. Dan bercerita kalau seluruh pegawai perempuan ditempat kerjanya hari itu mengenakan kebaya.
Setelah menikah perbedaan ini malah terlihat jelas. Dia suka makanan serba manis, saya suka yang gurih. Dia suka pedas, saya sebaliknya. Dia suka olahraga, sedangkan sejak SD saya paling nggak suka olahraga. Dia suka beres-beres sedangkan saya suka berantakin barang. Saya suka nyoba resep baru, dia doyan makan. Hahaha... Tapi perbedaan ini membuat kita saling melengkapi. Saya inget saat dulu dia mulai serius dengan saya pernah bilang. “kata dosenku, pernikahan itu ibarat rel kereta api. Hidup saling bersisian dengan tujuan mengantarkan kereta api ketempat tujuan. Sama seperti pernikahan kita ibarat rel kereta yang mempunyai tujuan yang baik yakni menyempurnakan separuh agama”
Alhamdulillah hari ini tepat sudah satu tahun usia pernikahan kami. Ada banyak warna yang turut menghiasi kehidupan kami sehari-hari. Warna merah muda saat kami sedang berbunga-bunga, warna merah saat kami saling bersitegang, berubah menjadi warna kelabu saat air mata saya keluar tanpa diminta dan tak berapa lama kemudian menjadi warna pelangi yang selalu muncul dengan indahnya ketika hujan berlalu.
Jujur, saya pengen gitu diajak makan malam yang romantis , atau minimal kasih bunga ke istrinya. Tapi, apalah daya si dia bukan tipe orang yang romantis. Eh, tapi pernah sih, pulang kerja tiba-tiba pulang bawa tiket nonton film Dilan di Transmart, padahal si dia katanya males nonton Dilan. Terus, tiba-tiba dibelikan jilbab yang bikin pipi tembem saya berubah jadi tirus seketika. Dan kejutan kecil itu bikin saya hepi nggak ketulungan sampe terharu karena bisa juga si mas tersayang ngasih kejutan. Hehehe..
Saya sama sekali tak pernah membayangkan kalau jodoh saya ternyata sedekat ini dikenalkan melalui sahabat, dan tempat kerjanya sering banget saya lewati. Jadi di postingan kali ini saya ingin bercerita bagaimana awal kami bertemu dan bersatu dalam akad nikah. Niatnya sih biar ketika nanti ditanya anak/cucu “kapan pertama kali ketemu ayah/kakek?”, biar mereka bisa cus langsung liat ke blog ini. Hahahaha..
18 April 2016
Hari itu hari senin dan saya lagi puasa, saya main ke kontrakan Frisca sahabat saya sejak SMP buat dipertemukan dengan dia. Awalnya saya menolak dengan perjodohan ini karena saya sedang dalam rencana pertemuan dengan orang yang saya kenal lewat online dating. Iya, saya dulu suka ikutan online dating mulai dari setipe, asian dating, sampai ayonikah dan jadi member premium. Demi apa coba??? Demi biar cepet ketemu jodoh, karena target menikah di umur 25 tahun tak tercapai. Hahaha..
Tapi si Frisca ini maksa banget buat ketemuan, akhirnya saya mau ketemuan asal dia memenuhi kriteria saya. Dan Alhamdulillah, orang ini masuk 4 kriteria saya dulu, yakni Sholat 5 waktu, nggak ngerokok, pekerja keras, dan suka jalan-jalan. Saat frisca memberitahu akun facebooknya, saya langsung stalking, tapi sayang akunnya privat dan hanya ada foto cover facebook dan postur tubuhnya cukup tinggi.
Sebenarnya dulu banget setiap habis sholat selain 4 kriteria itu saya menambahkan kriteria harus anak ITS. Tapi ketika saya sudah mulai berdamai nggak harus anak ITS. Tiba-tiba muncul beberapa pria yang memenuhi syarat itu. Salah satunya si dia. Entah kenapa saat itu saya malas banget buat dandan. Biasanya saya selalu tampil maksimal untuk menutupi jerawat saya yang bandel saat meet up pertama kali. Ternyata ada hikmahnya, si dia lebih suka cewek yang tampil natural.
Habis magrib dia datang masih lengkap dengan seragam kerjanya. Sebenarnya dia teman kerja frisca tapi beda departemen. Kesan pertama kali, dia tinggi bangettt, dan pake kawat gigi. Entah kenapa saya nggak terlalu suka cowok pake kawat gigi dan dia terlalu tinggi, 2 hal ini yang bikin saya sempat ilfeel. Setelah frisca mengenalkan kami, dia meninggalkan kami berdua di ruang tamu sambil nonton TV. Kami ngobrol seadanya, dan tiba-tiba saya mencium bau khas minyak rambut tancho jadul bapak saya. Detik itu juga saya merasakan chemistry yang sangat kuat bilang kalau orang ini adalah jodoh saya. Berbeda sekali dengan para pria yang pernah saya temui. Ketika dia tersenyum, ya ampun manis banget bikin jantung saya berdetak nggak karuan dan senyumnya langsung otomatis terekam di ingatan saya sampai beberapa bulan kemudian. Hehehe..
Kami saling bertukar no pin BB sebenarnya dia mengajak saya makan diluar sebelum pulang tapi saya menolak dengan alasan ibu saya sudah masak dirumah. Dan berharap lain waktu dia mengajak saya keluar. Tapi ajakan itu tak kunjung datang sampai habis lebaran di tahun 2016. Hiks..
Keesokan paginya dia menyapa saya di BBM, seharian disela kesibukan kerja dia menyempatkan BBM dan saya pun membalas secukupnya. Selasa sore saya tetep ketemuan dengan pria yang saya kenal lewat online dating, karena sudah terlanjur janji. Ketika bertemu saya merasa tak nyaman sekali dengan orang ini, serta tak ada chemistry seperti ketika bertemu dia. Dan parahnya pria ini meninggalkan saya begitu saja saat akan berpisah tanpa mengucapkan terima kasih dan sebagainya. Pria paling parah yang pernah saya temui.
Habis magrib, dia (calon suami) BBM saya kembali, dari evaluasi obrolan sejak seharian saya merasa nggak nyambung, karena tak ada satupun kesamaan hal yang kita sukai. Dan saya pun tak terlalu berharap dengan dia. Rabu, dia tak menghubungi saya seharian. Saya pikir dia mundur karena merasa nggak nyambung juga dengan saya. Tiba-tiba hari kamis dia BBM saya lagi, bertanya tentang hari kartini. Dan bercerita kalau seluruh pegawai perempuan ditempat kerjanya hari itu mengenakan kebaya.
Setelah menikah perbedaan ini malah terlihat jelas. Dia suka makanan serba manis, saya suka yang gurih. Dia suka pedas, saya sebaliknya. Dia suka olahraga, sedangkan sejak SD saya paling nggak suka olahraga. Dia suka beres-beres sedangkan saya suka berantakin barang. Saya suka nyoba resep baru, dia doyan makan. Hahaha... Tapi perbedaan ini membuat kita saling melengkapi. Saya inget saat dulu dia mulai serius dengan saya pernah bilang. “kata dosenku, pernikahan itu ibarat rel kereta api. Hidup saling bersisian dengan tujuan mengantarkan kereta api ketempat tujuan. Sama seperti pernikahan kita ibarat rel kereta yang mempunyai tujuan yang baik yakni menyempurnakan separuh agama”